#GaSPOL, Langkah Kecil Perwujudan Merdeka Pangan

“Pangan merupakan soal mati-hidupnya suatu bangsa; apabila kebutuhan pangan rakyat tidak dipenuhi maka “malapetaka”; oleh karena itu perlu usaha secara besar-besaran, radikal, dan revolusioner”

(Ir. Soekarno)

Persoalan pangan selalu menjadi pembahasan penting namun sering terabaikan. Kondisi pangan dunia, termasuk di Indonesia selalu mengalami pergejolakan yang berdampak pada banyak sektor. Bahkan seorang Ilmuwan asal Inggris memprediksikan  pada tahun 2050 akan ada ratusan ribu orang mati kelaparan akibat produksi pangan yang semakin berkurang. Padahal, para pemimpin negara telah mengikrarkan untuk mencapai ketahanan pangan serta meneruskan upaya mengurangi separuh jumlah penderita kekurangan pangan pada tahun 2015 dalam World Food Summit (WFS) Food and Agriculture Organization (FAO) bulan November 1996. Nyatanya, hingga detik ini masih santer terdengar kabar kekurangan pangan di berbagai pelosok negara.

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk membantu mengurangi kelaparan dan meningkatkan ketahanan pangan dunia. Termasuk juga ketahanan pangan di Indonesia. Data Badan Ketahanan Pangan menunjukkan pada 2006-2012 peningkatan produksi di Indonesia masih tertinggal dibandingkan tingkat konsumsinya. Lalu apa yang bisa dilakukan?

Salah satu cara menghadapi keadaan rawan pangan di Indonesia adalah dengan diversifikasi pangan. Implementasi dari diversifikasi pangan adalah penggenjotan produksi pangan lokal. Pola produksi kini yang masih berorientasi pada beras itulah yang menyebabkan pola konsumsi masyarakat di Indonesia belum ideal. Saat ini, pemerintah masih terus berupaya mensosialisasikan program diversifikasi makanan pokok selain beras seperti jagung, sagu, dan kelompok umbi-umbian.

Selain upaya pemerintah yang terus menggalakkan diversifikasi pangan, agar tak menjadikan beras sebagai satu-satunya kebutuhan pokok, perlu juga dukungan yang besar dari masyarakat. Salah satu bentuk dukungan yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada adalah dengan sosialisasi langsung ke masyarakat dalam bentuk aksi simpatik yang menggagas gerakan sehari pangan lokal.

Sebagai bentuk upaya penyebaran program diversifikasi dan peningkatan ketahanan pangan di Indonesia, bertepatan dengan perayaan Kemerdekaan Indonesia pada Rabu (17/08) lalu mahasiswa baru Fakultas Pertanian mengadakan aksi simpatik bertema Gerakan Sehari Pangan Lokal atau GaSPOL. Aksi yang ini diawali dengan long march yang dibagi menjadi dua jalur yaitu jalur timur dari arah Masjid Kampus dan Sagan serta jalur barat dari arah Jalan Persatuan. Kedua jalur ini bertemu di titik Bunderan UGM. Setelah long march, aksi GaSPOL dilanjutkan dengan pentas drama, orasi, dan pembacaan puisi diiringi dengan paduan suara. Orator meneriakkan dengan lantang dukungan mereka kepada petani dan nelayan Indonesia. Kehadiran sosok Presma BEM KM UGM yang tiba-tiba sontak membuat peserta aksi terkejut sekaligus bahagia, orasi Presma ikut mengobarkan semangat peserta aksi GaSPOL ini. Aksi ini didukung oleh KMFPN yang ditunjukkan dengan kehadiran mereka di tengah-tengah aksi. Selain itu, di penghujung kegiatan Gerakan Sehari Pangan Lokal para mahasiswa membagikan 1000 pangan lokal gratis kepada warga sekitar serta pengendara di Bunderan Universitas Gadjah Mada.

DSC02592

Di usia ke 71 tahun ini, selain memperingati hari Kemerdekaan Indonesia, ajakan aksi simpatik mahasiswa pertanian UGM untuk mengonsumsi pangan lokal diharapkan menjadi salah satu langkah kecil untuk meningkatkan ketahanan pangan dan mewujudkan kedaulatan pangan di Indonesia. Sehingga tidak hanya merdeka secara lahiriyah, namun juga batin dan pangannya.

#HidupPanganIndonesia

#HidupPertanianIndonesia

#GerakanSehariPanganLokal

Pertanyaannya, siapkah kita untuk gerakan ini?

Siapkah jika di berlakukannya 3W? Wednesday without Wheat

Dan apa kabar KMFPN dengan tugas promosi pangan lokal di websitenya saat GEMPA?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.